Mudah cemas dan terkejut bila mendengar bunyi atau benda-benda jatuh yang mengeluarkan suara, walau pun terkesan biasa hal seperti itu jangan disepelekan. Cuek dan seolah bukan hal yang serius; itulah respon awal yang dilakukan ibu Marisa 49 tahun. Beliau mengira rasa lemas, cemas dan mudah kaget hal yang biasa, tapi dengan proses waktu irama jantung seolah tak menentu dan hingga membuatnya melepas aktivitas dan rutinitasnya tiap hari. Senam aerobic kegemaran ibu dengan lima anak ini pun harus ditinggalkan. Kondisi fisik yang menurun membuatnya begitu lemah. Tak nyaman melihat kondisi sang ibu, anak sulung ibu marisa tersebut pun membawa ibunya kesalahsatu rumah sakit swasta dijakarta utara. Disana dilakukan beberapa pemeriksaan, satu diantaranya dilakukan EKG. Dengan dokter yang berpengalaman, serta merupakan dokter yang memang secara khusus biasa menangani kesehatan keluarga ibu Marisa tersebut. Cardiomyopathis (pembesaran jantung / jantung bengkak); begitu dokter menjatuhkan diagnosa pada ibu berdarah jawa ini. Pembesaran jantung memang menyerang pada otot jantung itu sendiri. Seseorang yang terserang penyakit ini mengalami pembesaran secara tidak normal, dan bahkan menjadi kaku sehingga kehilangan elastisitasnya. ini membuat jantung jadi memompa secara tak normal. Bila dibiarkan kondisi tersebut berangsur lama hingga bertahun-tahun maka bisa berakibat gagal jantung. Mendapatkan penjelasan begitu gamblang dari dokter tersebut mau tak mau memaksa ibu marisa menebusbeberapa macam obat yang telah diresepkan dokter padanya. Mual karena harus meminum beberapa jenis obat jantung yang aromanya bikin pusing membuat wanita berkulit sawomatang ini kesal. Seolah tak mendapatkan solusi, emosi ibu berambut pendek ini pun makin hebat. Ada saja hal-hal yang dilakukan suami ataupun anak-anaknya yang mengundang amarahnya, sungguh situasi yang tak menyenangkan.

Akhir februari, 21 2011. Sekembalinya menjemput anak sulungnya dari bandara, sang anak meminta ayahnya untuk singgah ke Mall Seasons City Jakarta barat, ibu Marisa sempat bingung karena anaknya tidak menjelaskan bahwa dirinya dibawa ke klinik Hirudo adalah untuk diterapi, ibu Marisa sempat menangis karena jijik dengan hewan berlendir itu ketika dilakukan terapi. Selang 30 menit terapi dengan menggunakan lintah itu pun selesai. Kunjungan kedua ibu Marisa lebih berani, cukup ditemani sang suami rasa jijik dengan lintah jenis rawa itu pun seolah memudar. Ada rasa lega walau belum begitu banyak, napasnya lebih teratur. Kunjungan ketiga beliau semakin segar, diakuinya kini telah aktif lagi dengan aktivitasnya seperti dulu, hanya saja jenis olahraganya tidak lagi aerobic tapi diganti dengan yang lebih ringan. Dengan proses terapi yang bertahap ibu Marisa mampu merasakan kecemasan hati yang mulai pudar, irama jantungnya pun tidak lagi sekacau dulu, semuanya berangsur membaik, menurutnya yang terpenting adalah menjaga hati untuk tetap sabar dan telaten bila kita memutuskan untuk mengikuti suatu metode pengobatan, begitu pesannya. Kini ibu Marisa telah sehat, dengan terapi dan meminum herbal selama dua bulan beliau berangsur pulih. Obat dokter pun tak lagi diminumnya. Walau begitu masih ada hal-hal seperti mengangkat beban terlalu berat tidak boleh lagi dilakukannya, menjaga pola makan dengan cara mengurangi garam dan kandungan lemak dengan kandungan kolesterol LDL yang tinggi, serta menjaga Lingkungan agar selalu bersih dan sehat. Bagaimana pun menjaga itu akan lebih baik daripada mengobati. June,2011